Selasa, 01 Juli 2014



Berkeliling dalam Dunia Konseling
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Selamat berjumpa kembali dengan saya sang Raja Dangdut yang akan mengguncang dunia, wkwkwk. Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang “Sesi Pertemuan Konseling” mudah-mudahan materi pertemuan minggu kemarin tetap melekat dalam memori teman-teman sekalian.
Konseling terbagi menjadi tiga tahapan dengan alokasi waktu yang digunakan berbeda-beda. Berhubung sesi konseling sangat singkat namun permasalahan klien begitu rumit dan kompleks, maka dalam pertemuan konseling pun dituntut untuk bisa mengaturnya dengan baik terutama bagi konselor yang seyogyanya dapat mengefisienkan waktunya supaya dalam penanganan masalah klien pun bisa lebih efektif serta tidak terlupa juga dengan mempertimbangkan biaya seekonomis mungkin bagi klien.
Mengacu pada hal di atas, maka waktu konseling pun dibatasi menjadi 45 menit/sesi dengan rincian antara lain; selama 10 menit merupakan alokasi waktu untuk initial satege (tahap permulaan), middle stages (tahap pertengahan) diselesaikan dalam waktu 30 menit, dan sisanya dengan waktu 5 menit untuk melakukan closing stages (tahap akhir). Pada tahap awal dalam pertemuan konseling biasanya hanya membahas hal-hal umum, membangun hubungan baik (good rapport), memberikan pertanyaan-pertanyaan netral untuk membangun suasana yang baik dengan klien, diselingi juga dengan relaksasi atau ice breaking supaya terciptanya kenyamanan bagi klien guna dapat melanjutkan konseling dengan baik.
Sedangkan tahap keduanya yaitu problem identification, hal ini untuk menidentifikasi masalah yang dihadapi oleh klien dengan melakukan explore the root of problem untuk mencari dan menggali akar permasalahan klien yang mau difokuskan serta hal ini juga akan menjadi tugas penyelesaian konselor selama sesi konseling. Kemudian problem specification/focus counseling yakni membahas maslah yang khusus, terfokus untuk dianalisis dan dipecahkan dengan penjelasan yang rinci serta detail. Maka seyogyanya harus melaksanakan tahap demi tahap juga semua langkah dengan baik dan tertib, dengan demikian pertemuan konseling pun akan lebih terarah dan tepat sasaran sesuai dengan target serta tujuan bersama antara klien dan konselor.
Adapun dalam tahap ketiga diantaranya; summarized, dalam konseling diwajibkan bagi seorang konselor untuk tetap fokus dan memerhatiakan klien selama konseling berlangsung sehingga di akhir dapat menyampaikan ringkasan atau garis besar segala pembicaraan dan tindakan yang terjadi dalam konseling. Tambahan pula last information, sebelum mengakhiri pertemuan dalam konseling sebaiknya jangan tergesa-gesa ingin segera menutup sesi, namun berikanlah kesempatan kepada klien agar dapat mengungkapkan atau pun menanyakan penjelasan kepada konselor guna memberikan ruang perhatian jikalau masih ada hal-hal yang mau diutarakan tapi belum tersampaikan sebelumnya. Kemudian berikutnya agreement for the next meets, dengan i’tikad dan niat baik untuk menghargai dan menghormati klien sehingga konselor juga harus memikirkan kesejahteraannya. Oleh sebab itu membuat kesepakatan merupakan hal yang tidak boleh dilewatkan agar klien dapat merasakan ketenangan dan kenyamanan, karena hal itu juga sebagai indikator kesuksesan bagi konselor dan diharapkan kepercayaan yang diberikan klien masih utuh dan terjaga sehingga jika diperlukan klien pun dapat melanjutkan pertemuan selanjutnya.

“Thanks for helping and cooperating, Sure, We wiil never get bad, if our effort is the best. Forgive me all my fault about. Marhaban Yaa Ramadhan Taqobalallahu minna waminkum Taqobbal Yaa Kariim”
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


Sesaat Lebih Dekat dengan Konseling
Hai hai hai…ketemu lagi dengan Suparman masih di 103 Jomblo FM, eittts salah… maksudnya di pertemuan ke-5 pada mata kuliah Psikologi Konseling. Pada kesempatan ini mau membahas “Pendekatan Konseling” yaaa setidaknya buat menambah pengetahuan kita mengenai kekonselingan, juga mengajak semuanya AYO BELAJAR BARENG…semoga materi-materi sebelumnya terus diulang-ulang lagi biar ilmunya bermanfaat dan berguna untuk diri sendiri juga tak terkecuali buat orang lain.

Pendekatan dalam ilmu konseling untuk sebahagian kita ada yang masih menganggapnya asing, namun tidak jarang juga bagi sebahagian lain sudah mengetahuinya bahkan mungkin sudah lebih jauh mepraktekannya. Pendekatan konseling dibagi menjadi tiga pendekatan yang sudah sangat popular di kalangan ilmuan dan praktisi konseling sendiri. Pendekatan itu antara lain:
1. Directive approach
pendekatan direktif/langsung yaitu pendekatan dalam konseling yang notabene secara alokasi waktu selama satu sesi lebih didominasi oleh peran konselor, sedangkan klien lebih sedikit mendapatkan perannya.
2. Non-directive approach
Pendekatan nondirektif/tidak langsung yakni jenis pendekatan dalam sesi konseling dalam porsi peran antara keduanya sama, pada padasarnya klien tidak mendominasi konselor begitu pun koselor tidak akan mendominasi klien.
3. Eclective approach
Pendekatan ketiga yaitu pendekatan eklektif, pendekatan ini merupakan kombinasi atau pun perpaduan dari kedua pendekatan sebelumnya, secara waktu dan perannya selama konseling bisa dipadukan antara direktif dan non-direktif sesuai kondisi serta kebutuhan yang diperlukan.
Selain yang telah dipaparkan di atas, ada juga tipe konseling. Tipe konseling pada umumnya dibagi menjadi tiga…yaitu individual konseling, group konseling, dan peer konseling. Individual konseling adalah konseling yang dilakukan secara individual dalam artian koselor dengan klien guna memahami dan membantu meringankan masalah yang sedang dihadapi klien. Grup konseing merupakan konseling secara prakteknya dilakukan bersamaan dalam hal ini konselor menangani banyak klien dalam satu kasus yang sama. Peer konseling yakni konseling yang dilakukan sesama teman sebaya hal ini untuk membantu menyelesaikan masalah antar temannya sendiri.
Aspek
Individual Konseling
Grup Konseling
Peer Konseling
Jumlah
1:1
1>1 (max 6)
1>1
Waktu
Lama
Singkat
Singkat
Penanganan Masalah
Berbeda-beda
Sama
Sama
Peran
Konselor sedikit
Konselor sedikit
Semuanya sama
Kelebihan
Lebih terperinci dan lebih dekat secara hubungan interpersonal
Menangani masalah yang sama pada lebih dari satu orang sekaligus
Lebih nyaman dan bisa terbuka dalam mengungkapkan masalah
Kekurangan
Memerlukan waktu yang sangat lama
Terbatas untuk memperhatiakan lebih intens satu persatu
Kurang memperhatkan status serta peran, hanya  sebatas teman sebaya


Counselor Responses:
Verbal responses (RIS GARRIS FC)
ü Restatement= pengulangan kata persis dengan yang dikatakan klien
ü Interpretation= mengartikan atau menerjemahkan mengenai permasalahan menurut pengetahuan yang didapat
ü Supposition= pengandaian
ü General lead= mengarahkan
ü Acceptened= sikap penerimaan yang dilaukan konselor terhadap klien
ü Reassurance= koselor meyakinkan kembali kepada klien
ü Rejection= penolakan
ü Interpellation= mengintrupsi dengan bertanya
ü Summary= meringkas sesi konseling dari awal hingga akhir oleh konselor
ü Facilitation= konselor memfasilitasi klien dalammembantu memahami serta menyelesaikan masalahnya
ü Clarification= memperjelas kembali maksud pendapat konselor supaya tidak terjadi kesalah fahaman dengan klien

Non-verbal responses (HOTT FEC)
· Head nudging (anggukkan kepala)
· Occasional smiling (senyuman)
· Tune of voice (intonasi suara)
· Touching (sentuhan)*
· Folding hand (melipatkan tangan)*
· Eye contact (kontak mata)
· Crossing leg (menyilangkan kaki)*

Keterangan:
*Hal-hal yang dihindari


“Sampai ketemu lagi kawan, selamat belajar, dan semangat berjuang”


Konselor Handal Pasti Selalu Dikenal
Haiii teman-teman :D
Ketemu lagi dengan Suparman dimana lagi kalau bukan di...dunia Super Hero (wkwkwk)... Pada kesempatana ini Suparman mau sharing tentang “Karakteristik Konselor Profesional” meneruskan pertemuan minggu kemarin.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah tidak asing lagi mendengar kata “karakteristik” atau “ciri-ciri” atau kata “kriteria”, begitu juga dengan istilah “karakteristik konselor” pasti sebagian orang di kalangan masyarakat pun sudah ada yang mengetahuinya. Kendati demikian hal ini ternyata bergeming tidak sedikit yang belum mengetahuinya bahkan sampai tidak mau tahu seolah-olah acuh tak acuh padahal sebenarnya kalu mereka menyadari betul akan pentingnya konseling maka mereka pun pasti antusias dan selalu aktif bertanya atau mencari informasi. Selain itu implikasinya harus mengetahui konselor yang baik dan profesional supaya faham dan bisa memilih dan memilah dengan tepat.
Karakteristik seorang konselor meliputi lima hal antara lain, Counselor as a Person dalam artian konselor juga hanya sebatas manusia biasa yang tidak terlpas dari salah dan dosa, hanya saja ada sisi-sisi lain yang membedakan dari dirinya sendiri dengan orang lain pada umumnya. Academic qualification yaitu S1 BK+PPK, sedangkan untuk lulusan S1 Psikologi (S. Psi) tidak diperbolehkan untuk menjadi BK dengan alasan hal itu di luar dari kode etik profesi. Educational Profession of Counseling artinya setelah lulus dari S1 BK dan mendapatkan gelar S. Kons, harus melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu dengan mengambil program profesi PPK (Pendidikan Profesi Konseling). World Experience adalah pengalaman dalam dunia konseling yang sudah di dapat baik di bangku kuliah maupun ketika praktek keprofesian yang sudah didapatkan.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, karakteristik lainnya bagi seorang konselor perlu memahami serta menguasai kompetensi-kompetensi seputar dunia konselor yang meliputi, pedagogik (pendidikan), yakni seorang konselor harus bisa membawakan pembimbingan kepada klien dengan memberikan informasi yang sifatnya mendidik, personal (pribadi), seorang konselor lebih dituntut untuk bisa menjalin komunikasi yang baik dengan menciptakan kepercayaan bagi klien selama masa operasi kerja guna membangun self-report (laporan diri) dalam membantu meringankan masalahnya, social (sosial), konselor pun harus pandai bersosialisasi juga menyenangkan karena hal ini sangat diperlukan untuk membangun keakraban, kehangatan, dan  kenyamanan secara interpersonal, professional (profesional), konselor harus mumpuni dengan pengetahuan dan keahliannya serta telah memenuhi syarat-syarat sebagai seorang konselor.

Karakteristik Konselor Profesional:
1. Sabar
2. Aktif
3. Komunikatif
4. Peka
5. Memahami
6. Tatakrama
7. Kode etik

Issue of Counselor/Isu Konselor
Di Indonesia membutuhkan sekitar 129.000 Guru Bimbingan Konseling (BK) dengan pemetaan dan penempatannya ke lembaga pendidikan misalnya saja sekolah yang terdiri dari tiga jenjang dari mulai tingkat kanak-kanak/usia dini, dasar, dan menengah dengan dua tingkatan menengah pertama dan atas, ditamnah pula pendidikan tinggi untuk tingkat mahasiswa. Beda dengan keadannya di lapangan yang sangat mengherankan dan sungguh ironisnya stok BK di Indonesia baru memenuhi angka 33.000 atau sekitar 37%, sehingga terjadi ketidak seimbangan selain itu juga ada ketimpangan jumlah yang tidak merata dengan guru umum. Perguruan tinggi yang menyediakan program profesi konseling (PPK) pun hanya ada di tiga kampus yakni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Negeri Padang (UNP), dan Universitas Negeri Semarang (Unnes), kemudian kabarnya baru akan dibuka program PPK di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sekarang masih dalam tahap pengajuan dan saya pun berharap semoga program pemerintah dalam pengembangan mutu pendidikan bisa terlaksana dengan baik dan lancar. “Amiin Allahumma Amiin”

Sampai jumpa lagi, dan salam SUKSES...